Pantun Ramadhan

Dunia pantun adalah dunia kata-kata. Namun bukan sekedar dunia kata-kata yang hampa… tanpa ruang, waktu, konteks maupun makna. Pantun sebaliknya justru sarat dengan makna. Apalagi ia produk sastra khas Indonesia (budaya Melayu). Dalam kaitan menyambut bulan suci Ramadhan 1431 H, saya coba menarikan jari-jemari membuat Pantun Ramadhan. Salah satu motifnya, yakni mengasah kemampuan perbendaharaan kata.

Sebait pantun nampak sepele, akan tetapi saya berani bertaruh bahwa tidak setiap orang mampu membuatnya. Beberapa bait pantun yang tersaji berikut ini, akan saya tambah satu per satu sehingga cukup banyak koleksinya hingga jelang Idul Fitri mendatang. Harapan saya, Pantun Ramadhan kreasi sendiri ini cukup berkenan.

Selamat menikmati…

Pucuk dicinta ulam tiba,
Pucuk dicerai ulam putus.
Ramadhan siap menyapa,
Maafkan beta wahai bloggermania dengan tulus.

Di sini bukit di sana pula bukit,
Ditengahnya terhampar hutan cemara.
Ada salah banyak atau sedikit,
Kiranya pintu maaf segera dibuka.

Dalam samudera bisa diduga,
Dalam hati siapa tahu.
Ditunggu segera undangan buka puasa,
Pasti bermakna ibadah Ramadhanmu.¹

Selepas Tarawih selancar dunia maya,
Tak sengaja lihat gambar syur.
Tak apalah sedikit dosa,
Anggap saja pengantar makan sahur.

:) :) :)

Jauh di mata dekat di hati,
Jatuh cinta jangan dihindari.
Entah bulan biasa maupun bulan suci,
Jangan lakukan tindak korupsi.

Kecil-kecil cabe rawit,
Kelak besar jadi perkasa.
Walau perut menahan sakit,
Ajari anakmu berpuasa.

Rasa gurih,
Ikan tongkol.
Lama  tarawih,
Jangan dongkol.

Buah kecapi,
Dari Meulaboh.
Bulan suci,
Banyaklah shodaqoh.

Sayur mayur,
Di pasar Kramatjati.
Makan sahur,
Musti dinikmati.

Kebun sirih,
Kampung Melayu.
Terima kasih,
Alias tengkiyu.

Kampung Rambutan,
Grogol.
… nah kalau yang ini jalur Bus Mayasari Bhakti P-6 :)

*****

One response to this post.

  1. i like it pantu nya ..

    Balas

Tinggalkan komentar